orang-orang disekelilingku selalu membicarakan tentang hujan.
aku bahkan tak tahu itu.
bahkan hingga teman-temanku sibuk membicarakan gadis cantik blok sebelah pun aku tak tahu juga.

aku selalu sibuk dengan duniaku
sejak aku belajar berjalan dengan benar, aku lebih menyukai nyanyian jangkrik dan alunan melodi dari ombak..
yah, sejak aku bisa berjalan dengan lancar hingga kelak nanti. mungkin.

hidupku indah, sangat indah.
maksudnya, mendengarkan mereka tentang hujan, sangat indah..

hingga saat aku, tanpa temanku, tersesat disuatu tempat.

Tiga hari lalu, hari Rabu, udah tepat 20 kali gue lewatin tanggal 19 September..
Ternyata Gue bisa sampe di angka berkepala 2 juga.. dan itu artinya gue udah mulai tua, bisa dibilang gue udah nempatin satu langkah kaki kanan di level 'siaga'.

Ya, level siaga. Gue harus mulai siaga buat apa yang bakalan terjadi di depan gue, belakang gue bahkan kanan-kiri gue.
Termasuk juga harus bisa ngejaga depan gue, belakang, dan kanan-kiri gue.

Ini adalah tanggal 19 September kedua buat gue belajar hidup di 'rumah' orang lain, nyari 'nasi' di sawah orang lain, nyari air buat minum dan ngebersihin badan dan apa yang badan gue pakai di mata air punya orang lain.

gemericik angin menari-nari di udara
membelai rambut panjang terurai membentuk ombak
langkahmu lebih cepat dari masa berakhirnya kedipan mata
ayunan langkahmu lebih banyak dari lingkaran-lingkaran diangka kalender yang ku buat setiap kali menjumpai senyuman
tak terkejar.
aku terlalu jauh terhanyut dalam kata-katamu
terbawa arus yang kencang, katamu menarik lenganku
aku terlanjur terbang dan tenggelam sedalam-dalamnya dalam satu waktu
setiap ucap kata, tiap ku sulam kata kagumku menyerupai senyummu.
tapi kalah telah.
Lelah.
(tentang mereka yang tak terkejar hingga berakhir)