Tentang Hujan (Melihat dari Bisingnya Dunia)

orang-orang disekelilingku selalu membicarakan tentang hujan. aku bahkan tak tahu itu. bahkan hingga teman-temanku sibuk membicarak...


orang-orang disekelilingku selalu membicarakan tentang hujan.
aku bahkan tak tahu itu.
bahkan hingga teman-temanku sibuk membicarakan gadis cantik blok sebelah pun aku tak tahu juga.

aku selalu sibuk dengan duniaku
sejak aku belajar berjalan dengan benar, aku lebih menyukai nyanyian jangkrik dan alunan melodi dari ombak..
yah, sejak aku bisa berjalan dengan lancar hingga kelak nanti. mungkin.

hidupku indah, sangat indah.
maksudnya, mendengarkan mereka tentang hujan, sangat indah..

hingga saat aku, tanpa temanku, tersesat disuatu tempat.
aku tak ingat dimana itu? aku tak sempat bertanya, tak menemukan orang yang dapat ku tanyai lebih tepatnya.
yang ku temukan hanya mereka yang berteriak hujan dan nada-nada langkah mereka yang berburu, seperti menghindari sesuatu.

tadinya aku menyangka hujan itu sebuah monster besar yang sangat mengerikan dan siap untuk melahap manusia dengan sekali lahap.
teman-temanku pasti sudah menipuku tentang hujan.

tapi...

Heii, ternyata benar!


badanku lemah termakan oleh panik,
lututku lemah menopang permintaan tolong yang tak juga bosan terus diteriakan oleh lidahku.
dalam sekejap, badanku terbasahi oleh air liur monster hujan..
begitu buasnya, disamping suaranya yang sukses membuatku amnesia sejenak tentang hari besok dan rencana beberapa waktu kedepan.

entah siapapun aku sangat berharap ada yang mau membantuku untuk berkenalan dan mengetahui lebih jauh tentang hujan.
setidaknya aku ingin tahu sisi indah yang sering teman-temanku ceritakan tentang monster yang mereka sebut hujan ini.

aku terlanjur mempercayai temanku, tak mungkin mereka berbohong, setidaknya aku terlanjur percaya mereka tak pernah berbohong.


hei, tiba-tiba monster itu tak lagi meneteskan air liurnya di badanku..
satu tangan mengajak tanganku untuk berdiri..
aku menyentuhnya, iya merasakan bahwa itulah tangan terhalus..
tangan yang membuatku sangat mencintai sebuah sentuhan sejak sentuhan pertama.

aku tak mengenal orang ini, emm.. mungkin lebih tepatnya tidak mengenal sentuhan tangan ini.
orang yang baru ku ketahui bahwa dia adalah seorang wanita setelah membisikkan sesuatu di telingaku.

tak terdengar.
tak ku tangkap huruf huruf yang telah dia simpul tadi.

dia mengulanginya, aku baru menyadari jika dia tidak berbisik, hanya suara monster inilah yang membuat suaranya hilang.
atau dia dan aku telah dimakan oleh hujan sekali telan? hingga suaranya tidak terdengar.
entahlah,

yang jelas, kini aku dibawa ke tempat yang lebih kering, lebih hangat.
lebih banyak orang, entah aku yang kepedean, ku rasa mereka membicarakanku dan wanita ini..
beberapa orang juga mengulangi kata 'cantik'..


heii.. sebentar aku juga tak tahu apa itu 'cantik'?


rotasi otakku ku percepat hingga limitnya memaksaku untuk mengacuhkan beberapa kata, nada atau suara asing lainnya yg mencoba untuk mendobrak pertahanan gendang telingaku.
namun, rotasi otakku kembali normal setelah ada beberapa jari tangan yang menyelundup dalam epidermisku..

ya, ku kira ku telah jatuh cinta pada sentuhan pertama..
sentuhan yang mampu menenangkan segala ketakutanku akan monster yang mereka sebut hujan itu.
dan berikutnya sapaan halusnya berhasil menyita perhatian telingaku.

sepertinya tidak berlebihan jika aku berkata, suaranya membuatku merasa berada di desa nenekku, tenang dan sejuk.

oh ya, aku menanyakan kemana monster hujan tadi?
dia hanya tertawa..

dia malah berkata :

"hujan ya hujan, bukan monster. hanya saat dimana awan sudah tak kuat lagi menahan air yang dikandunginya, jadinya dia tumpahkan semua airnya ke bumi."

"hujan bukan monster?"

"hahaha.. bukanlah, singkatnya hujan itu air jatuh dari langit,"

"terus kenapa orang harus berlarian seperti sedang dikejar monster, dan tak ada yang menolong orang sepertiku saat hujan?"

"karena mereka sudah mandi di rumah, mereka tidak mau lagi mandi di jalanan. soal tak ada yang mau menolongmu, karena mereka ingin memberikan kesempatan kepadaku untuk menolongmu,"

aku terdiam.

"kamu beruntung tidak bisa melihat,"

"beruntung apanya? rugi iya,"

"haha.. kau beruntung, bisa menjadi orang sabar, tak akan pernah marah jika ada orang yang menjelekkanmu atau berbuat yang tak baik didepanmu. setidaknya kau tidak akan mengetahuinya sebelum mendengarkannya,"

"iya, dan mau tak mau, aku menjadi orang yang mudah mempercayai perkataan semua orang,"

"haha.. bukankah itu menjadikanmu seorang yang hebat? yang bisa menilai manusia hanya dari perkataannya,"

"tapi.. heii aku butuh mata!"

"jangan! terlalu banyak hal-hal buruk yang akan kau dapati jika memiliki mata,"

"maksudnya? misalnya apa?"

kemudian aku merasakan sebuah sentuhan sangat halus di pipiku, terasa nyaman, iya, sangat nyaman.

"apa itu? apa yang baru saja menyentuh pipiku?"

"itu sentuhan kasih sayang. masih ingin memiliki mata? pendengaran dan sentuhan jauh lebih baik daripada penglihatan. penglihatan itu sering kali membutakan, menulikan sekaligus mematirasakan mereka, yang sebenarnya memiliki indera yang lengkap,"

"aku tak peduli itu, aku hanya ingin mengetahui arti kata 'cantik' dan 'indah'. rasanya aku hampir menemukannya hari ini."



Baca Juga yang Ini

0 komentar