TERNYATA INI BUKAN PUNCAK PAPANDAYAN! -PART 2-
02:25:00“Tadi sebelum kita sampai sini, di depan kita udah ada dua bapak-bapak yang jalan duluan kan? Kalo mereka jalan ke arah sini, harusnya g...
02:25:00
“Tadi sebelum kita sampai sini, di depan kita udah ada dua bapak-bapak yang jalan duluan kan? Kalo mereka jalan ke arah sini,
harusnya gak ada jaring laba-laba ini,” kata saya ke Teja, Bella dan Fatkhan.
Saya menghela nafas sebentar, mereka masih menatap saya dengan serius menunggu lanjutan kata yang ingin saya sampaikan, “Kita salah jalan!”
Saya menghela nafas sebentar, mereka masih menatap saya dengan serius menunggu lanjutan kata yang ingin saya sampaikan, “Kita salah jalan!”
“Jadi mau gimana nih? Udah jam berapa
sekarang?” tanya Teja.
“Jam 16.20,”
“Gimana jadi?”
“Mau balik lagi nih kita?”
“Yaudah balik lagi aja ke pertigaan yang ada pohon merah tadi.
Kita beloknya ke kanan kan tadi? Nah, sekarang kita pilih jalan yang ke kiri, terus
ke atas,” ini saya yang usul. Entah apa yang sedang saya fikirkan saat itu,
padahal hari sudah sore, dan kami tidak tahu untuk sampai di puncak butuh waktu berapa
lama lagi.
“Yaudah ayuk. Sayang juga kan, udah ke sini,
tapi gak sampe ke puncaknya. Ayuk.. Ayukk..” seperti biasa Bella yang paling
semangat, langsung mengiyakan.
Teja juga langsung mengiyakan. Fatkhan tidak
komen apapun, itu artinya iya, ngikut
saja.
Kami balik lagi, posisi masih sama, saya di
depan, Teja barisan ke dua, Bella ke tiga, dan terakhir Fatkhan. Kami menelusuri jalan
tadi, hingga sampai di pertigaan yang ditandai dengan pohon berwarna merah. Kami ambil jalan lurus (berbalik arah dari arah perjalanan awal). Benar saja, ada
marka jalan disana. Marka jalannya terdapat setelah belokan jalan, pantas saja jika tadi kami tidak melihatnya.
Dari jalan ini, marka terlihat jelas, jalan
terus menanjak, melewati batu-batuan, jalan semakin sempit karena banyak
dipenuhi oleh daun-daun pohon, akar-akar liar, dan batang pohon tumbang yang
menutupi jalan.
Sekitar pukul 17.00, kami terus berjalan dengan hanya
beberapa kali berhenti untuk istirahat, itu pun sebentar. Setiap kali berhenti tidak pernah lebih dari lima menit. Hingga kemudian kami mendengar suara dua Bapak tadi dari atas.
“Wooyy.. Puncak nih Puncak‼” teriak bapak
itu, suaranya sangat jelas terdengar di telinga kami.
Nafas kami lega, suara Bapak itu sudah
terdengar jelas, itu artinya perjalanan menuju puncak sudah sangat dekat.
“Woyy.. Tunggu kita nyusul‼!” balas teriakan kami.
“YOOOO‼” balas Bapak itu lagi.
Suara dari dua bapak itu, seakan menjadi energi
baru yang menambah semangat, setelah tadi kami hampir menyerah sampai di
puncak. Kami segera mempercepat langkah kami. Tak lama, saya melihat cahaya dari atas yang
cukup terang, dan tidak terlihat ada pohon lagi di atas. Tidak mungkin salah
lagi, pasti itu puncaknya!
Saya mempercepat langkah saya, setelah
menginformasikan pada Teja, Bella, dan Fatkhan jika puncak sudah terlihat.
Mereka pun ikut mempercepat langkahnya. Hingga akhirnya kami sampai di atas
dan..
Ini bukan Puncak Papandayan, ini hanya puncak
bayangan! Damn!
view dari puncak bayangan |