Mengerti Hati
15:31:00Senyumannya, bola matanya, hidung mancungnya, potongan poninya, dan rambut hitam sepunggung yang dibiarkannya tergurai sesekali d...
15:31:00
Senyumannya, bola matanya, hidung mancungnya,
potongan poninya, dan rambut hitam sepunggung yang dibiarkannya tergurai sesekali
diacak-acak oleh angin selagi asik bercerita. Sudah bertahun-tahun nampaknya, Gue
selalu menjadi kotak saran saat dia memaksa gue untuk menemaninya makan siang
di warung lesehan samping kampus. Kemudian dia mendadak menjadi manusia paling
baik se-Bandung raya dengan membayar sepiring nasi beserta ayam asam-manis dan
teh botol yang barusan Gue pesan. Mungkin, itu caranya agar Gue bisa berubah
menjadi sebuah sound recorder selama satu jam ke depan untuk merekam semua ceritanya tanpa memotong sekalipun,
kecuali dia sendiri yang menekan tombol pause-nya
saat jam istirahat sudah habis, lalu menekan tombol play kembali nanti malam di tempat yang berbeda.
De, sayangnya Elu salah nilai Gue. Tanpa
ditraktir makanpun, Gue akan selalu bersedia mendengarkan cerita Elu, kapanpun,
dan dimanapun, karena hanya dengan itu Gue bisa berlama-lama memandangi
senyuman lu, mata elu yang bulat dan seakan ada kupu-kupu sedang berterbangan
disana dengan indahnya. Ya, apapun yang elu ceritain, asalkan bukan tentang cowok
yang di profil facebook lu menjabat
sebagai pacar itu. Tapi sayangnya Elu tidak juga mengerti, dan tidak terlalu
pintar mencari topik pembicaraan lain selain cowok yang selalu Elu bilang
sebagai Robert Pattison KW super, padahal menurut gue lebih mirip Robert
Pattison kw 5 yang baru saja diserang zombie
di film World War Z.
Serius, entah malaikat apa yang merasuki
pikiran gue, hingga membuat Gue betah berlama-lama mendengarkan cerita dari
Deliana, mendengarkan kata-kata yang mendadak terdengar seperti alunan melody dari petikan gitarnya Sungha-Jung di telinga gue, yang dengan
romantisnya sengaja dia mainkan spesial untuk Gue dan Deliana. Terkadang Gue
suka gak ingat apa saja yang sudah Deliana ceritakan dengan semangatnya ke Gue.
Apa yang sudah dia ceritakan sampai menangis atau bahkan ketawa keras banget,
sampai seluruh pengunjung warung lesehan melihat ke arah kita. Jelas, senyuman
Deliana terlebih dahulu sukses membuat Gue kena serangan jantung sampai tidak
sadarkan diri, bahkan sebelum satu patah katapun keluar dari mulutnya. Coba deh lihat matanya, yang selalu sukses ngebuat Gue rabun sejenak dan tidak bisa melihat
ke arah lain selain melihat ke Deliana. Sungguh, Gue sangat tersiksa, tapi entah
kenapa malah dibuatnya semakin terpesona.