Penantian

Aku masih memandangi jarum jam yang enggan berhenti Tanganku masih memeluk lukisan Sosok cantik yang sudah kusam dan pudar ...




Aku masih memandangi jarum jam yang enggan berhenti
Tanganku masih memeluk lukisan
Sosok cantik yang sudah kusam dan pudar warnanya
Namun masih tak sanggup mengundang bosan hinggapi mata

Terakhir ku lihat senyumnya di balik jendela kaca tebal
Pintu dari ruangan panjang beroda yang bergerak sangat berisik
Menenggelamkan suara teriakanmu yang sama sekali teredam


Gendang telingaku masih berfungsi baik
Mendengungkan sentuhan angin lembut yang menabuhnya, berirama menafsirkan senyum manis
yang mengisyaratkan kata kepergian
aku menantikan kembali. Masih.

Berulangkali bingkai lukisan parasmu ku ganti

Tak peduli sudah memudar dan sangat kusam

Mungkin terlihat sama dengan rupamu

Disana. Entah di tempat mana


Tapi aku masih ingin menyimpannya, dalam bingkai yang baru walau sudah berulang kali ku ganti
Mungkin sama seperti kulit tanganku yang kering dan berulang kali berganti

Setidaknya peti matiku cukup kuat, hingga berulang kali rayap-rayap dan cacing tanah datang bergantian belum mampu menjilat tubuhku.
Hey, ragaku masih utuh untuk kau datangi, jenguk, kau peluk !
Walau ragu mendengar desahmu



Baca Juga yang Ini

0 komentar