Surat untuk Hari Kemarin

Dear hari kemarin, Menyebalkan rasanya mata harus terbuka kembali saat matahari datang begitu terburu-buru, padahal mimpi pun ...





Dear hari kemarin,

Menyebalkan rasanya mata harus terbuka kembali saat matahari datang begitu terburu-buru, padahal mimpi pun belum sempat. Haruskah aku mengeluh lagi? Tentang semuanya, tentang waktu yang rasanya tak pernah cukup untuk menyelesaikan segala urusan dunia yang tak pernah dapat mempertemukan penyelesaian yang tepat, tak pernah terpuaskan, dan tak pernah usai?

Dunia pagi ini diutus oleh Tuhan untuk mengawal hari-hari menyebalkan sedari kemarin. Setelah Tuhan memutuskan untuk masih saja memberikan nafas-Nya pada paru-paru, hingga masih saja membanjiri jantung dengan getarannya yang selaras, sama seperti kemarin. Aku yang tak kuasa apa, hanya merasa harus menjalani. Harus, apapun yang sudah terjadi dan akan terjadi. Ya, sekali lagi karena tak kuasa atas apapun.

Mungkin, Tuhan hendak memberikan kesempatan padaku untuk dapat mencicipi perihnya penyesalan, atau sekedar ingin menunjukan hasil dari kebodohan yang telah di perbuat di hari kemarin.


Hari kemarin, si bijak selalu berkata untuk terus berjalan karena hidup adalah perjalanan. Karena hidup adalah untuk kebahagiaan esok. Karena hidup adalah kumpulan desakan penyesalan-penyesalan di hari kemarin. Karena hidup adalah kemampuan luas jangkauan tangan untuk menghapus penyesalan-penyesalan di hari ini. dan karena hidup adalah upaya memunahkan penyesalan-penyesalan baru yang bermigrasi di hari esok.

Jadi hari kemarin, sebab aku yang tak kuasa, sebab aku manusia payah dengan berkepalakan alasan, sebab kembali padamu adalah sebuah ketidakmungkinan, biarkan aku selesaikan segalanya dengan tepat waktu, pada detik terakhir sekalipun. Jangan jalan berburu-buru, agar aku dapat berjalan selaras tak ter tinggal darimu. Saat lelah, ingatkan aku untuk menunduk, mengumpulkan mimpi yang meninggi, kemudian berlari mengejarmu yang tak mungkin berhenti. Biarkan aku berusaha tidak menutup hari dengan penyeselan baru di hari esok, ya, menjadikan hari ini sebagai hari kemarin yang ku kutuki kembali di hari esok. Kau tak ingin ku kutuki bukan? Tidak ingin ku sumpahi dengan beribu serapah sampah, kan? Maka, jadilah baik. Selalu.

Regards,
C

Baca Juga yang Ini

0 komentar