Menunggu Pelangi

Aku adalah matahari, saat kamu dan dia adalah bongkahan awan yang berkutub sama, yang selalu dipaksakan untuk selalu bersatu. Saat K...



Aku adalah matahari, saat kamu dan dia adalah bongkahan awan yang berkutub sama, yang selalu dipaksakan untuk selalu bersatu.
Saat Kamu dan Dia sudah terlalu lama terdiam, menahan beban sendiri,
Hingga jenuh dan permukaan kalian menghitam.

Kalian belum juga tersadar, Aku adalah matahari.
Selalu berada di atas, melihat kalian dan selalu menunggu saat yang tepat untuk bersinar dan datangkan pelangi.


Kamu yang sering lewat di depanku tanpa menyapa, pura-pura tidak melihat, atau mungkin dibuat tidak melihat..
Iya, oleh Dia dan karena dia yang selalu datang dan berdiam di hadapanku, untuk menghalangi sinarku.
Entahlah..

Aku memang tak selalu ada disini..
Hanya diwaktu siang saja Aku dapat melihatmu,
Merasa sangat dekat denganmu, hingga tahu apa yang sedang kamu lakukan, dan apa yang sedang kamu rasakan..
Iya,  cukup dengan melihat warna permukaanmu yang putih bersih atau bahkan hitam gelap,,
Bahkan terkadang kau tampak tak terlalu hitam dan tidak juga putih..

Pernah suatu waktu kamu datang menghampiriku,,
Sadarkah kamu?

Saat itu sengaja cahayaku kutujukan semuanya padamu,  Kubiarkan sejenak bumi dan sekitarku redup


Kau ceritakan semua lukamu,,
Menjadi gerimis dan kelamaan menjadi hujan yang lebat..
Aku mengalah,, mencoba belajar menjadi pendiam dan pendengar yang baik..

Hingga kemudian dia datang, bongkahan awan besar dalam bentuk yang tidak beraturan,,
Permukaannya hitam legam, menampung berton-ton uap air yang jenuh dan berontak tak sabar untuk ditumpahkan..

Kau dan Dia bertemu, mendekat, saling bersenggolan dan beradu..

Inilah saat ketika dua awan yang berkutub sama, dipaksakan untuk tetap bersatu..

Maka halilintarlah menggelegar, gunturlah yang berseru!
Air yang jenuh itu tertumpahkan ke bumi..

Kamu menatapku,,
Menunggu pelangi kah??



Baca Juga yang Ini

0 komentar