coretan sederhana
Penantian
16:18:00
Aku masih memandangi jarum jam yang enggan berhenti
Tanganku masih memeluk lukisan
Sosok cantik yang sudah kusam dan pudar warnanya
Namun masih tak sanggup mengundang bosan hinggapi mata
Terakhir ku lihat senyumnya di balik jendela kaca tebal
Pintu dari ruangan panjang beroda yang bergerak sangat
berisik
Menenggelamkan suara teriakanmu yang sama sekali teredam
Gendang telingaku masih berfungsi baik
Mendengungkan sentuhan angin lembut yang menabuhnya,
berirama menafsirkan senyum manis
yang mengisyaratkan kata kepergian
aku menantikan kembali. Masih.
Berulangkali bingkai lukisan parasmu ku ganti
Tak peduli sudah memudar dan sangat kusam
Mungkin terlihat sama dengan rupamu
Disana. Entah di tempat mana
Tapi aku masih ingin menyimpannya, dalam bingkai yang baru
walau sudah berulang kali ku ganti
Mungkin sama seperti kulit tanganku yang kering dan berulang
kali berganti
Setidaknya peti matiku cukup kuat, hingga berulang kali
rayap-rayap dan cacing tanah datang bergantian belum mampu menjilat tubuhku.
Hey, ragaku masih utuh untuk kau datangi, jenguk, kau peluk
!
Walau ragu mendengar desahmu
0 komentar