Rani
21:29:00“Aku sehat. Aku rindu kamu. Aku ingin kamu disini sekarang, rumah ini rasanya sepi sekali setiap siang. Apa kamu tidak tertarik?” Begi...
21:29:00
“Aku sehat.
Aku rindu kamu. Aku ingin kamu disini sekarang, rumah ini rasanya sepi sekali
setiap siang. Apa kamu tidak tertarik?” Begitu kata Rani, yang kemudian
disambut dengan berdirinya bulu kudukku. Bergairah.
“Apa kamu gak
rindu aku juga? Pelukanku gak pernah sehangat itu di dadamu? Atau, memang
wajahku yang tak pernah menarik untuk kau puji lagi?” kata Rani kemudian.
Wajahnya merona. Dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, “Sayang,
aku kesepian. Datanglah walau sebentar. Gantungkan jaketmu yang kehujanan di
kamar mandi, biar tak ada yang tahu, ada kau disini.”
Sayang
katanya? Gantungkan jaket yang basah karena air hujan di kamar mandi agar tak
ada yang melihat, katanya? Apa aku tak salah dengar? Ah, dahiku berkeringat.
“Sayang, katakan
padaku kau akan datang lagi, aku rindu padahal baru kemarin bertemu. Kita padukan
rindu ini, kita ungkapkan cinta kita dalam belaian yang selalu kau janjikan.
Kau rindukan? Malam tanpamu hanya berisi kesunyian, dan dingin. Satu bulan ini
aku bosan mendengarkan jangkrik yang terus memanaskan telingaku, bosan dengan
suhu dingin Bandung yang selalu membuat selimut memelukku terus, erat. Sayang
aku ingin kau, bukan selimut,” Rani membuat bulu kudukku berdiri, nafasku
berburu.